“Manusia Jejadian”

Sekelompok manusia menyatukan ide untuk menciptakan surga dunia.
Mereka mengembangkan dan mengatur cara tak kasat mata demi memenuhi hasrat yang tak berbatas.
Mereka terbiasa memanipulasi berbagai hal seolah tampak normal untuk menyembunyikan tujuan asli.
Nyaris tak ada aspek kehidupan yang tak mereka sentuh.
Yang penting tangan-tangan mereka bisa mencengkram segala sesuatu dengan penuh.

Bahkan, mereka berhasil menciptakan “manusia jejadian” yang bisa dikendalikan.
Manusia dengan kepala membesar penuh dengan rencana dan siasat licik demi keserakahan.
Badan membengkak pertanda kerakusan akan sumber daya yang dieksploitasi.
Tangan menjulur sehingga ia dapat menggapai semua hal yang ingin direngkuh.
Kaki memanjang sehingga dengan mudah dapat menjejak setiap jengkal tanah yang subur.

Demi mengekalkan eksistensinya, ia terbiasa menciptakan ancaman dan musuh imajiner.
Kekisruhan hingga peperangan ia jadikan sebagai alat penguasaan.
Hingga tibalah saat ia dijadikan sebagai satu-satunya harapan.
Ia tak akan malu untuk menunjukkan kebaikan palsu demi menutupi niat dan watak aslinya.
Seakan tak ada lagi yang lebih berharga dari sebuah pengelabuan yang tertata rapih.

Kebusukan takkan pernah bisa ditutupi meskipun ia tampil berbaju kesatria, berkalung emas, bersiram minyak wangi, bahkan berbalut sutera bermeter-meter.
Sebab sejatinya ia adalah bangkai tak bertuan, yang tak pernah merasa hidupnya aman.
Ia akan selalu diliputi berbagai kecemasan, ketakutan, serta ketidaktenangan.
Ia takkan pernah bisa mengenali hakikat hidupnya yang paling dalam.
Bahkan ia tak pernah merasa dan percaya bahwa segala sesuatunya akan berakhir dengan pedih.

Penyejuk hati dengan tangan-tangan mungil, penjejak bumi dengan kulit-kulit keriput, penghuni belukar dan padang ilalang, serta pengolah hawa saling bahu membahu melantunkan do’a.
Do’a keselamatan untuk seluruh mahluk hidup ciptaanNya.
Sebuah harapan untuk terlepas dari segala bala yang diakibatkan oleh rusaknya tatanan kehidupan di muka bumi ini.
Yang pasti ruh setiap diri yang tenang akan kembali kepadaNya.
Terkecuali “manusia jejadian” dan para penciptanya.

Leave a comment